Rabu, 13 November 2013

hipnoterapi 1

Client Center Therapy

Client Center Therapy (CCT) merupakan “mazhab” baru di dunia Hypnotherapy, dimana dalam konsep CCT ini Client ditempatkan sebagai “sentral” dalam seluruh proses therapy yang diterapkan.

Bermula dari Hypnotherapy di masa silam (awal abad ke 20) yang lebih bernuansa Authoritarian, dimana Client hanya dalam posisi “pasif” alias “pasrah” untuk menerima sugesti atau saran dari seorang Hypnotherapist yang umumnya menerapkan teknik “Direct Suggestion” saja. Faktanya proses Hypnotherapy semacam ini sangat tidak efektif, dan dianggap tidak dapat “menyentuh” archetipe dari Client. Prosentase kesembuhan melalui teknik Hypnotherapy sangatlah kecil, sehingga teknik lain seperti Psychotherapy justru lebih diminati.

Sejalan dengan perkembangan pengetahuan Hypnotherapy itu sendiri, melalui berbagai tokoh-tokoh pembaharu, antara lain : Milton H. Erickson, Charles Tebbets, Dave Elman, dll., paradigma Hypnotherapy mulai bergeser, yaitu menempatkan Client sebagai sentral.

Prinsip dasar dari CCT adalah menganggap bahwa Client-lah sebagai pihak yang paling mengetahui permasalahan apakah yang sesungguhnya telah terjadi, demikian juga Client-lah yang akan mengetahui sumber-daya (resources) apakah yang dapat dipergunakan untuk penyembuhan. Dalam CCT, seorang Hypnotherapist lebih berperan sebagai fasilitator untuk membantu Client menemukan permasalahannya, menemukan penyelesaiannya, dan mengintegrasikannnya. Dalam perannya sebagai seorang fasilitator, maka seorang Hypnotherapist menggunakan berbagai teknik Hypnotherapeutic yang umumnya diterapkan secara “permissive”.

hypnosis 3

Critical Area

Diantara Conscious Mind dan Sub-Conscious Mind terdapat suatu “perangkat” yang berfungsi sebagai filter yang bertugas untuk “menyaring” data yang berasal dari luar (yang masuk melalui panca indera) agar tidak begitu saja masuk ke Sub-Conscious Mind. Perangkat ini secara umum disebut sebagai “Critical Area”.

Pada beberapa buku “Critical Area” ini sering juga disebut sebagai RAS atau Reticular Activating System, yang lebih menyoroti pengaruh dari fungsi neuro terhadap keaktifan filter ini.

Secara sederhana, Critical Area merupakan penampungan data sementara, sebelum data ditindak-lanjuti untuk diteruskan ke Sub-Conscious Mind, dipertahankan, atau di-“lenyapkan”. Fungsi filter dari Critical Area sangat dipengaruhi oleh logika, etika, fokus, minat, dan emosi.

Seseorang yang berada dalam kondisi “Hypnos” dalam atau “Deep Trance”, filter-nya akan terbuka “lebar”, sehingga seluruh informasi (saran) yang berasal dari luar relatif akan mudah memasuki Sub-Conscious Mind.

Seorang Hypnotist memiliki keterampilan untuk membuat Critical Area seseorang “tidak aktif”, atau dengan kata lain filter-nya akan lebih terbuka dibandingkan dalam keadaan “Normal State”.

GUNUNG ES MANUSIA - hypnosis 2

Mekanisme Perilaku & Tindakan Manusia

Mekanisme Perilaku & Tindakan Manusia
Pada acara hipnotis panggung (entertainment hypnosis), acapkali mempertunjukkan fenomena yang dianggap tidak masuk akal alias irasional. Sehingga bahkan tidak sedikit pihak yang menduga bahwa acara Stage Hypnosis hanyalah sekedar rekayasa untuk kebutuhan hiburan belaka.

Untuk memahami hal ini, mungkin sebaiknya kita mencoba untuk mencari tahu, apakah mekanisme yang terjadi di balik setiap tindakan manusia ? Hal ini mungkin dapat menjelaskan dengan baik berbagai kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang sebetulnya sangat mirip dengan pertunjukkan hipnotis, yaitu bagaimana seseorang dapat melakukan tindakan yang “tidak masuk akal”.

Manusia bertindak dengan dilandasi pikiran, dan salah satu model psikologi menjelaskan bahwa pikiran terdiri dari bagian utama, yaitu : Pikiran Sadar (Conscious Mind) dan Pikiran Bawah Sadar (Sub-Conscious Mind).

Pikiran Sadar merupakan bagian dari pikiran kita yang bertugas untuk melakukan analisa dan pertimbangan-pertimbangan rasional, seringkali disetarakan dengan bagian kiri dari otak kita (Left Brain).

Pikiran Bawah Sadar berisikan database yang mencerminkan diri kita, dimana database ini merupakan akumulasi dari berbagai pemahaman, penalaran, pengalaman, bahkan penularan (induksi dari pihak lain) sejak mulai kita lahir sampai dengan hari ini.

Pikiran Bawah Sadar seringkali disetarakan dengan bagian kanan dari otak kita (Right Brain), oleh karena itu Pikiran Bawah Sadar merupakan wilayah yang didominasi oleh rasa dan emosi.

Yang paling menarik, Pikiran Bawah Sadar cenderung bersifat “netral” terhadap data atau informasi yang masuk. Netral artinya tidak mengenal “baik” dan “buruk”, “salah” atau “benar”. Suatu data yang telah “berhasil” memasuki Pikiran Bawah Sadar dan telah menjadi memori permanen, maka dianggap sebagai “kebenaran”, walaupun mungkin sebenarnya data tersebut relatif “salah” berdasarkan kaidah umum.

Contoh klasik, pada saat kita kecil, ketika orang tua kita mengatakan : “… awas jangan main jauh-jauh, nanti kamu diculik hantu ….”, maka Pikiran Bawah Sadar seorang anak tentu tidak memahami apakah pernyataan tersebut “benar” atau “salah”, yang lebih dipahami adalah bahwa kata-kata orang tua pasti “benar” adanya, maka sejak saat itu di Pikiran Bawah Sadar terdapat data, bahwa hantu itu ada !

Hal lain yang menarik, bahwa ternyata porsi Pikiran Bawah Sadar ternyata sangat dominan dalam menentukan tindakan seseorang, Sebuah buku yang berjudul “Peace of Mind” dari Sandy Mc Gregor menyatakan bahwa kontribusi Pikiran Sadar hanyalah 12%, sedangkan kontribusi Pikiran Bawah Sadar adalah 88%. Jadi fenomena Pikiran Bawah Sadar sangat mirip dengan dasar dari gunung es yang jauh lebih besar daripada puncaknya yang terlihat.

Dari penjelasan di atas, jelas bahwa pikiran rasional saja tidaklah “cukup” untuk mewujudkan suatu tindakan ! Karena rasional adalah tugas dari Pikiran Sadar yang hanya berkonstribusi sebanyak 12% terhadap mekanisme suatu tindakan.

Oleh karena itu, walaupun mungkin anda belum pernah melihat hantu, atau secara rasional seharusnya hantu tidak perlu dianggap ada, tetapi saya yakin ketika anda melewati kamar mayat RSCM di tengah malam pasti anda akan takut ! Artinya, rasio anda tidak cukup mampu untuk membuat anda “berani”, karena Pikiran Bawah Sadar anda “terlanjur” mempercayai bahwa fenomena hantu adalah benar adanya !

Dengan komposisi kontribusi Pikiran Sadar 12% vs Pikiran Bawah Sadar 88%, maka kita dapat dikatakan nyaris merupakan “mahluk bawah sadar” !

Dari uraian di atas mungkin banyak hal yang sebenarnya tidak kita inginkan, tetapi “terlanjur” masuk ke pikiran bawah sadar karena banyaknya induksi dalam kehidupan ini.

Setiap orang secara alamiah pasti memiliki keinginan untuk selalu bergerak maju, tetapi di sisi lain seringkali yang terjadi justru mereka “berbelok” atau “ditarik” ke arah yang sebaliknya oleh pikiran bawah sadar. Pikiran bawah sadar dapat menjadi kekuatan yang mendukung keinginan kita, atau sebaliknya dapat menjadi musuh kita yang paling kuat !

Dari berbagai hal yang telah dipaparkan, mungkin timbul suatu pertanyaan, dapatkah kita “membuang” hal-hal yang tidak memberdayakan yang sudah “terlanjur” berada di pikiran bawah sadar kita ? Dapatkah kita memasukkan hal-hal yang lebih positif ke pikiran bawah sadar sehingga pikiran bawah sadar akan bergerak selaras dengan keinginan kita ?

Jawabannya dapat ! Hipnotis adalah salah satu cara yang efektif untuk pemrograman dan pemrograman ulang pikiran bawah sadar !

Hypnosis 1

Apakah Sesungguhnya Hypnosis Itu ?

Apakah Sesungguhnya Hypnosis Itu ?
Jika kita mendengar kata “Hypnosis”, maka kemungkinan kita akan membayangkan suatu peristiwa yang tidak biasa, dimana seseorang dapat sedemikian mudahnya “mengontrol” orang lain, dan memberikan perintah-perintah yang terkadang tidak masuk di akal sehat, sesuatu yang sering kita saksikan di layar kaca.

Apa sesungguhnya Hypnosis itu ? Apakah Hypnosis terkait dengan kekuatan supranatural ? Apakah Hypnosis terkait dengan kuasa gelap, magis, atau mistik ?


***


Hypnosis berasal dari kata “Hypnos” yang berasal dari kata Bahasa Yunani yang berarti “Dewi Tidur”. Istilah Hypnosis sendiri diperkenalkan oleh Dr. James Braid, seorang dokter berkebangsaan Inggris yang merupakan salah satu peneliti fenomena Hypnosis moderen.

Hypnosis memiliki banyak makna, dan bersifat kontekstual, tergantung dari sudut mana kita akan membahasnya.

Salah satu makna dari Hypnosis adalah bahwa “Hypnosis” merupakan salah satu dari keadaan kesadaran manusia (State of Consciousness), dimana dalam konteks ini “keadaan kesadaran manusia” secara sederhana dapat dibagi menjadi tiga keadaan alami, yaitu :

Normal State
Keadaan ini adalah keadaan normal seperti yang kita pahami dalam kehidupan sehari-hari. Keadaan dimana manusia bergerak sangat aktif dengan fokus pemikiran ke berbagai hal. Pada keadaan ini manusia cenderung untuk sulit menerima suatu “saran” yang berasal dari luar dirinya.

Hypnosis State
Keadaan ini adalah keadaan dimana obyek fokus pemikiran mulai berkurang, dan “area kritis” mulai berkurang keaktifannya. Pada kondisi ini manusia mulai lebih mudah menerima suatu “saran” yang berasal dari luar dirinya. Hypnosis State sering juga disebut sebagai kondisi “Hypnos” atau “Hipnosa”.

Sleep State
Keadaan tidur alami (tanpa mimpi), dimana pada keadaan ini pikiran manusia benar-benar terputus dari dunia luar, sehingga dalam kondisi ini manusia juga tidak dapat menerima saran yang berasal dari luar.

***

Dari penjelasan sederhana di atas, maka mulai dapat dipahami bahwa dalam suatu peristiwa Hypnosis, seorang Hypnotist (juru hipnotis) melakukan suatu proses tertentu yang dapat “menempatkan” seseorang ke dalam kondisi “Hypnos”, sehingga selanjutnya yang bersangkutan akan lebih mudah untuk “menerima” saran-saran yang disampaikan oleh Hypnotist tersebut, bahkan terkadang saran-saran yang mungkin dianggap tidak masuk akal.


***

Keadaan “Hypnos” merupakan keadaan alami sehari-hari kita, dimana dalam aktivitas sehari-hari kita nyaris selalu berpindah dengan cepat terutama dari keadaan “Normal” ke keadaan “Hypnos” dan sebaliknya.

Saat memasuki sebuah pusat perbelanjaan, kita dalam kondisi “Normal”, akan tetapi saat kita mengamati suatu barang yang menarik, mungkin kita akan segera memasuki kondisi “Hypnos”, sehingga seluruh citra barang tersebut menjadi lebih mudah kita rasakan, bahkan selanjutnya mungkin akan memicu rasa ingin memilikinya.

Neuro Linguistic Program

Sejarah NLP

Sejarah NLP
NLP adalah singkatan dari Neuro Linguistic Programming, suatu pengetahuan yang relatif baru mengenai “manusia” yang diformulasikan pertama-kalinya oleh Richard Bandler dan John Grinder pada tahun 1970an.

NLP bermula dari minat untuk melakukan duplikasi terhadap “keluar-biasaan” yang dimiliki oleh beberapa manusia yang diharapkan dapat “ditularkan” kepada manusia lainnya melalui suatu metodologi yang relatif dapat dipertanggung-jawabkan.

Di masa awalnya studi NLP dimulai dari ketika Richard Bandler seorang mahasiswa matematika di University of California, bersama dengan John Grinder seorang Associate Professor di bidang linguistic di universitas yang sama, melakukan pengamatan dengan seksama terhadap 3 orang yang memiliki kemampuan luar biasa dalam melakukan perubahan kepada orang lain, mereka ini adalah : Fritz Perls seorang pakar Gestalt Therapy, Virginia Satir seorang konsultan permasalahan rumah tangga, dan Milton H. Erickson seorang Hypnotherapist.

Penelitian terhadap ke-3 orang ini, menghasilkan formulasi awal dari NLP, yaitu di seputar metodologi untuk me-”model” keistimewaan orang lain (Human Excellence).

Pada hari ini, NLP telah semakin disempurnakan, bahkan telah menjadi suatu pengetahuan yang sangat di kenal di seluruh dunia. Pada saat ini definisi NLP sudah semakin meluas, dan berikut ini beberapa definisi yang sering dikemukakan mengenai NLP :

The science of how the brain codes learning and experience.
The study of the structure of subjective experience.
An attitude and a methodology that leaves behind a trail of techniques
A revolutionary approach to human communication and development.
An accelerated learning strategy for the detection and utilization of patterns in the world.
A system for describing, restructuring, and transforming a person’s meaning and cognitive understanding of the world they live in.
A user’s manual for the brain.

Dari berbagai deskripsi di atas, maka menunjukkan bahwa NLP adalah suatu metodologi untuk memahami manusia dan me-utilisasikannya !

Well-Formed Outcome (WFO)

NLP memberikan rumusan untuk pencapaian suatu “goal” , agar lebih membumi, sehingga lebih dapat pula diwujudkan. Untuk membedakan dengan “goal” yang biasa kita canangkan, maka NLP menamakannya dengan istilah “outcome”.

Jika “goal” lebih bermakna sebagai “something we want”, maka “outcome” lebih disikapi sebagai “what we get as a result of our actions”. Sehingga sangat jelas bahwa “outcome” adalah upaya untuk “membumikan” impian agar lebih dapat diraih dan diupayakan.

Well-Formed Outcome (WFO) adalah suatu perumusan agar suatu “outcome” benar-benar menjadi lebih mudah dan pantas untuk diwujudkan.

Suatu “outcome” dikatakan sebagai “well-formed” jika memenuhi kondisi-kondisi sebagai berikut :

State the outcome in positive terms.
Ensure the outcome in within your control.
Be as specific as possible.
Have a sensory-based evidence procedure.
Consider the context.
Have access to resources.
Ensure the outcome preserves existing benefits.
Check the outcome is ecologically sound.
Define the first step.
 

IBH - The Indonesian Board of Hypnotherapy

yipiiiii.... akhirya sertifikat yang di janjikan dateng juga
asikkkk...



nah sekarang gw dah bisa member di IBH deh 


Selasa, 05 November 2013

ISHH - Indonesia School of Hypnosis & Hypnotherapy

ASIKKKK....
gw dah lulus dong dari kelas hipnotis dan hipnoterapi
kebetulan gw ikut kelasnya pak iwan d gunawan...
nah kalian sendir apa yang kalian lakukan akhir2 ini? apakah ada kegiatan?






berikut foto2nya ahai asik deh pokoknya
mantap udah bisa hipnotis org hahahha

kalo ada yang berminat pengen di hipnotis bisa menghubungi gw aja
bisa telp atau hub gw via fb oke...

yosephine.yohana@gmail.com