hari ini gw terinspirasi untuk nulis artikel ini.. di deket rumah gw ada sebuah rumah yang dihuni oleh beberapa keluarga .. letaknya di samping sungai.. rumah sederhana tanpa keramik ... hari ini adalah pertemuan gw dengan angga yg ke 11 kali .. pertemuan karena emang gw lagi di kasih tugas skripsi sama dosen gw...
penelitian gw ini berkutat pada anak2 yang belom bisa baca .. meneliti bagaimana daya tangkap mereka terhadap informasi dasar ( angka dan alfabet).. mulailah gw sadari angga bukanlah anak yg malas.. dy rajin.. setiap kai tugas di berikan dy langsung mengerjakan ... dy mampu mengingat angka 1 - 10... walau terkadang dy lupa ketika tidak di ualng lagi
angga anak ke dua 2 dari 3 bersaudara.. ibunya di rumah mengurus anak2 yang masih kecil, sedangkan ayahnya hanya pulang sebulan sekali dengan pendapatan sangat kecil sebagai penjahit di pasar...
sedangkan kakaknya mengamen dari sawangan sampe sukabumi untuk mencukupi dahaga dan lapar yg menerjang dirinya... ya.. kakaknya tidak bersekolah harus putus sekolah di kelas 3 karena kekurangan biaya.
angga dan 2 saudaranya tidaka punya akte lair bahkan surat kenal lahir.. padahal untuk sekolah, itu harus punya akte lahir, uang sebesar 500 rb untuk seragam batik, olahraga, LKS, elum buku, alat tulis dan seragam
putih merah.. belum biaya uang kas perbulan 15 rb, jalan2 dll.. ini bukan sekolah swasta tapi negri...
miris memang bukan?. ketika pemerintah menggembar gemborkan pendidikan gratis? tapi apa daya? sekolah gratis memang tapi LKS bayar, seragam bayar, sepatu harus beli, buku bayar, jalan2 dll...
di satu sisi... ketika berapa hari ini gw blak balik Jakarta untuk urus ade gw dafar kuliah.. ada sejumlah orasi masa yang menyebut diri sebagai serikat buruh,.. memblokir jalan dengan meminta tuntutan gaji 3,8 juta rupiah... mereka membuat jalanan macet... gak bergerak... bukan macet masalahnya sobat...
tapi ingatah kalian ketika masyarakat bersorak untuk kenaikan gaji yang di tetapkan oleh jokowi? ingatkah? 2,2 juta? bukan kah kita semua gembira? tapi liat dampaknya juga... dampak tak terjadi hanya di jakarta tapi juga daerah rumah gw yg bisa di masukkan pinggiran depok... kenaikan harga.. mulai dari sandang, pangan, papan, transportasi... yang cukup mencekek...
bukan keputusan jokowi yang gw sorot.. tapi serikat buruh indonesia yg gw sorot,,, u pada minta gaji 3,8 juta.. hei sadarkah kalian? kalian gak bersyukur dengan apa yg kalan punya, kalian minta lebih dan lebih,,, apa kalian pikir pengusaha itu robot? bagaimana nasib kami yang tidak kerja kantoran sperti kalian? usaha dagang yg turun naik oomsetnya gak jelas perbuan dan masih harus ngontrak sama orang?
bagaimana nasib kami para anak jalanan yang biasa permen harga 500 perak dapet 3 sekarang cuma dapet 2? hei para bapak ibu yang berdemo dan dengan entengnya bilang rasakan penderitaan kami dengan cara memblokir jalan... apa kalian tw? jalan siapakah itu? jalanan punya masyarakat... apa kalian mengerti bagaimana kami?
buka mata kalian... buka hati kalian.. jika gaji naik 3,8 bagaimana para pengusaha baru bisa berdiri? bagaimana bisa jakarta maju dengan segala kepicikan kalian? apa kalian tidak melihat imbasnya pada kami?
tak dapat sekolah, tak dapat makan, tak dapat kuliah, ataupun kursus... bagaimana jika kami besar? kami tak bisa mendapatkan pekerjaan layak karena sistem bobroknya indonesia tercinta ini yang hanya meminta ijazah tanpa melihat kemampuan dan kepribadian seseorang?
bagaimana kami bisa hidup tenang? bagaimana kami dewasa nanti? apa kami harusa jadi pemulung dan pengamen? apa kami harus jadi pencopet liar hanya karena tuntutan ekonomi?
sadarkah kaliah wahai bapak ibu yang katanya sudah bersekolah dan sekarang sudah jadi buruh? perih kami bagaikan jerami yang di bakar dengan nyala api... kalian membakar kami tanpa kalian mw liat berdiri di atas kaki siapakah anda semua... apa kalian berfikir.. bagaimana jika gaji kalian naik, tapi kami tidak? hanya berdasarkan pada apa yg kami ambil di jalan yang jika kami jual perkilonya pun harganya hanya seribu sampe 4 ribu perak?
bisakah kalian, berhenti! dan liat kami yang dibawah! liat muka kami geerasi penerus bangsa! liat kami! apa kalian erfikir tentang kami? kaum papa? kaum pinggiran yang terbuang? apa kalian liat kami bagaimana kami menjadi seoarang yg tak bermoral nantinya?
jika kami jadi maling, pencopet, pembunuh, pemerkosa? apa salah kami? kami korban dari org2 yg tak pernah berpuas diri.. korban para koruptor negeri,,, korban ketololan pemimpin negri yg mallah memeras rakyat bukan memeras perusahaan2 besar yang dari luar negri dengan menaikkan pajak mereka.. hanya karena takut di tinggal para maling dari luar...
hei pak presiden! jangan hanya manut saja! mana otoritas mu sebagai presiden! lakukan sesuatu! jangan kami saja yg di peras! peras mereka semua para investor luar yg menggali hasil bumi kami!
lakukan sesuatu... jangan hanya bisa menjamu maling yang mengambil semua aset negara sampai bisa terlihat bolongnya sebuah pulau indonesia dari satelit luar angkasa!
ingat puisi chairil anwar?
inilah kami para yg terbuang...
tak diinginkan sekarang dan tak juga di masa depan
AKU
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Aku mau hidup seribu tahun lagi
-Maret 1943 -